Meraih Kedamaian Jiwa Dengan Sabar

Allah menjadikan sabar sebagai kendaraan yang tidak pernah letih, senjata yang tidak pernah salah membidik sasaran, prajurit pemenang yang tidak pernah kalah, dan benteng kokoh yang tidak pernah tumbang. Sabar dan kemenangan bagai dua saudara kandung. Dalam Al-Quran, Allah memuji orang-orang yang sabar dan memberitahukan bahwa pahala mereka akan disempurnakan tanpa batas. Allah selalu bersama orang-orang sabar dengan hidayah-Nya dan pertolongan-Nya yang tidak terkalahkan, dan bantuan-Nya yang nyata.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal [8]:46).

Orang-orang yang sabar – dengan kebersamaan dari Allah – akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat dan memperoleh kemenangan dengan nikmat-nikmat-Nya lahir dan batin. Allah menganugerahkan imamah (kepemimpinan) dalam agama kepada mereka yang sabar dan yakin. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Q.S. As-Sajdah [32]: 24).

Allah subhanahu wata’ala memberitahukan bahwa sabar sangat baik untuk pemiliknya, sambil menguatkannya dengan sumpah, dalam firman-Nya:

“Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (Q.S. An-Nahl [16]:126).

Allah memberitahukan dengan sabar dan takwa, muslihat musuh tidak akan membahayakan sekalipun mereka sangat berkuasa, Allah berfirman:

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 120).

Allah subhanahu wata’ala mengaitkan kemenangan dengan kesabaran dan ketakwaan. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3] :200).

Allah juga mengkhususkan bahwa orang-orang yang sabar dan orang-orang yang bersyukur mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan ayat-ayat-Nya dan mengistimewakan mereka dengan keberuntungan yang luar biasa. Allah berfirman:

“Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (Q.S. Ibrahim [14]: 5).

Sabar adalah tali layang-layang bagi seorang mukmin, setinggi apapun dia terbang. Dia tetap akan kembali kepadanya, dia juga merupakan penopang iman yang tidak akan pernah berdiri kecuali di atasnya, sehingga orang yang tidak mempunyai kesabaran dikategorikan kepada orang yang tidak beriman. Andai iman itu ada maka imannya sangat sedikit dan sangat lemah, dan pemiliknya termasuk ke dalam golongan yang Allah sebutkan dalam surat Al-Hajj ayat 11:

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan bermain-main dan setengah-setengah, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”

Orang yang disebut dalam ayat tersebut di dunia dia akan mendapat kerugian. Sementara kebaikan akan diraih oleh orang-orang yang sabar. Dengan kesabaran yang mereka miliki, mereka akan naik ke tingkatan tertinggi dan berjalan dengan sayap sabar dan syukur menuju surga dengan penuh kenikmatan.

Ketika iman terbagi menjadi dua bagian, separuh sabar dan separuhnya lagi syukur, maka orang yang mencintai dirinya, menginginkan keselamatan, dan mengutamakan kebahagiaan harus selalu memperhatikan dua fundamental ini. Selain itu, mereka juga melakukan perjalanan di antara dua rel sabar dan syukur ini supaya Allah mengumpulkannya pada hari kiamat nanti bersama kelompok terbaik.

Makna Sabar dan Definisinya

Sabar secara etimologi adalah mencegah dan menahan, sedangkan secara terminologi adalah menahan diri dari ketergesaan, menahan lisan dari mengeluh, menahan anggota tubuh dari menyakiti anggota tubuh lainnya. Pendapat lain mengatakan, sabar adalah akhlak dan budi pekerti baik yang mampu mencegah seseorang mengerjakan apa yang tidak baik dan tidak pantas. Sabar merupakan kekuatan untuk mencapai kebaikan dalam segala hal.

Al-Junaid ditanya tentang sabar, dia menjawab, “Menelan kepahitan tanpa mengerutkan kening.” Dzunnun Al-Mishri berkata, “Dia adalah menjauhkan diri dari aneka ragam pelanggaran, tenang kala menahan kesedihan dan bencana, memperlihatkan kepuasan saat dilanda kemiskinan dalam berbagai situasi kehidupan.” Pendapat lain mengatakan, sabar adalah menghadapi bencana dengan adab yang baik, juga menghadapi bencana tanpa mengeluh.

Dua Jenis Keluhan

Pertama, Keluhan kepada Allah subhanahu wata’ala. Hal ini tidak bertentangan dengan kesabaran, seperti keluhan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam:

“Ya´qub menjawab, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.'” (Q.S. Yusuf [12]: 86).

Dan keluhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

“Ya Allah, aku mengadukan lemahnya kekuatanku, dan minimnya kemampuanku kepada-Mu.”

Kedua, keluhan orang yang tertimpa musibah dengan lisan atau tindakan. Ini tidak akan sejalan dan selaras dengan sabar. Jiwa adalah kendaran yang digunakan oleh seorang hamba untuk berjalan ke surga atau neraka, dan sabar laksana kendalinya, jika kendaran tidak memiliki kendali, ia akan berjalan tanpa tujuan. Jiwa punya dua kekuatan, kekuatan untuk maju dan kekuatan untuk bertahan. Hakikat sabar adalah menjadikan keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menjadikan kekuatan bertahan untuk menolak hal-hal yang merugikannya.

Klasifikasi Sabar

Jika ditinjau dari objeknya, maka sabar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Sabar dalam mengerjakan perintah dan ketaatan hingga menunaikannya;
b. Sabar dalam menjaga larangan dan pelanggaran sehingga tidak terjerumus melakuakannya; dan
c. Sabar dalam menghadapi takdir, sehingga tidak membencinya.

Manusia pasti membutuhkan kesabaran dalam semua situasi. Sebab, dia berada di antara sesuatu yang wajib dilakukan dan larangan yang mesti dijauhi. Takdir yang berlaku atasnya tidak bisa ditolak, maka sabar dalam menerima takdir adalah sebaik-baik bersikap.

Semua yang dihadapi seorang hamba di dunia ini terdir dari dua jenis. Pertama, semua yang sesuai dengan keinginan dan kehendaknya. Kedua, sesuatu yang bertentangan dengannya, dan masing-masing memerlukan kesabaran. Sesuatu yang sesuai dengan keinginan seperti kesehatan, kekuasaan dan harta, maka hal tersebut sangat membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya. Hal yang perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, tidak cenderung kepadanya dan tidak terperdaya olehnya. Jangan sampai hal tersebut mendorongnya untuk berlaku sombong dan bergembira berlebihan hingga dimurkai oleh Allah. Kedua, tidak tenggelam saat mendapatkannya. Ketiga, sabar dalam menunaikan hak Allah. Keempat, sabar dalam menghindari sesuatu yang haram.

Abdurrahman bin Auf berkata, “Kita diuji dengan kesulitan dan kita mampu untuk bersabar, lalu kita diuji dengan kesenangan dan kita tidak mampu bersabar.”

Oleh sebab itu, Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya terhadap ujian harta, benda, istri, dan anak. Allah subhanahu wata ala berfirman:

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Munafiqun [63]: 9).

Hadits Tentang Keutamaan Sabar

Dalam Shahih Muslim diceritakan bahwa Ummu Salamah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Setiap orang Islam yang ditimpa musibah, lalu dia mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah: Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un dan Allahumma Ajirni fi Musibati Wakhluf Li Khairan Minha (Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya dan Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku ini dan gantilah dengan yang lebih baik).’ Pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.’ Maka tatkala Abu Salamah meninggal aku bertanya, siapakah orang Islam yang lebih baik dari Abu Salamah? Keluarga pertama yang hijrah kepada Rasulullah? Lalu aku mengucapkannya, ternyata Allah menggantinya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Semoga Allah menghiasi hati dan jiwa kita dengan kesabaran dan ketakwaan, sehingga kita mampu meraih kedamaian jiwa, aamiin.

Oleh Ustadz Fariz Farrih Izadi, Lc.,M.H.
Editor: Fadil Ibnu Ahmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

X