Mukjizat Al-Quran Dalam Perspektif Bahasa

Al-Qur’an perlu kita pelajari dari segi keilmuannya, agar kita lebih mantap dan semakin tergugah semangat membaca dan mempelajarinya. Diantara keilmuan itu seperti susunan gaya bahasa Al-Qur’an yang terdiri dari 30 Juz atau 114 surat ini, tidak sedikitpun memiliki kesamaan dengan gaya Bahasa yang dibuat oleh manusia yang dikenal masyarakat Arab saat itu. Pada zaman ini, banyak sekali syair-syair dan sastra-sastra Arab yang populer, bahkan puisi-puisi hebat pun banyak ditorehkan oleh cendekiawan syair saat itu, sehingga tidak sedikit dari mereka yang menghafalkan syair-syair tersebut. Namun al-Qur’an muncul dengan kekhasannya sendiri, ia bukanlah syair ataupun puisi, tetapi lebih hebat daripada itu. Namun demikian, hanya sedikit dari penduduk Makkah yang mempercayainya. Hal ini tergambar dari firman Allah Swt. surat al-Haqah ayat 40-43.

“Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, (40), dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya (41). Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. (43). Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (44)
Al-Qur’an bukanlah berasal dari orang-orang yang pandai bersyair. Ini disampaikan kepada masyarakat Arab, namun sedikit sekali diantara mereka yang beriman kepada, kemudian ketika disampaikan bahwa al-Qur’an bukanlah dibuat oleh para tukang tenung, para dukun, paranormal, dan lain sebagainya, namun al-Qur’an tidak bisa sampai kepada derajat sebagai petunjuk. Hal ini tergambar dari sikap mereka kepada al-Qur’an yang tidak menjadikannya pedoman hidup.

Berkaitan dengan tema utama buletin ini, kemukjizatan al-Qur’an, bahwa al-Qur’an menjadi pendatang baru, namun kedatangannya memberikan warma yang positif bagi masyarakat. M. Quraisy Syihab menjelaskan bahwa ciri-ciri gaya Bahasa al-Qur’an pada tiga pokok berikut ini:

1. Susunan kata dan kalimat

Betapa kemu’jizatan al-Qur’an bias dilihat dari susunan kata dan kalimat yang mebentuknya. Susunan tersebut memudahkan umat untuk membaca, mempelajari, memahami, serta menghafalnya. Dapat kita bayangkan, kalau seandainya redaksi al-Qur’an yang terdiri dari susunan kata dan kalimat tidak seindah al-Qur’an, maka akan sulit bagi umat untuk menghafalkannya. Sampai detik ini, berapa juta orang yang sudah hafal al-Qur’an sejak 14 abad yang lalu. Subhanallah, maha suci Allah. Di antara keindahan susunan kata dan kalimat dapat dilihat dari beberapa keterangan berikut ini:

a. Nada dan langgamnya unik

Berapa juta orang yang sudah menangis tulus karena mendengar lantunan ayat al-Qur’an, berapa juta orang yang mendapatkan hidayah karena membaca al-Qur’an, berapa juta orang yang sebelumnya sakit menjadi sembuh karena mendengar al-Qur’an, dan berjuta-juta hikmah yang terjadi diantara umat manusia yang terilhami dari nada dan lagamnya. Hal ini menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah syair atau puisi, tetapi al-Qur’an adalah firman Allah, ketika dibaca dengan sentuhan nada yang sudah masyhur dalam seni bacaan al-Qur’an, akan banyak orang terkagum dan tersentuh hatinya, hal ini karena keunikan tersendiri dari irama dan ritmenya.

Kemu’jizatan dan keagungan ini diamini juga oleh cendekiawan Barat, terlebih lagi oleh cendekiawan dan para ulama dari Muslim itu sendiri, seperti Marmaduke Pickhall dalam The Meaning of Glorius Quran. Ia menyebutkan bahwa al-Qur’an memiliki simfoni yang tidak ada taranya, sehingga setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia menjadi menangis dan bersuka cita. Hal ini disebabkan juga karena huruf dari kata-kata dalam al-Qur’an melahirkan keserasian bunyi dan kumpulan kata-kata tersebut melahirkan keserasian irama. Sehingga hal menambah keyakinan umat akan kedudukan al-Qur’an, bahwa ia bukanlah ciptaan Nabi Muhammad, tetapi itu adalah wahyu dari Allah untuk sekalian alam. Diantara contoh keserasian itu terlihat dalam surat An-Nazi’at, misalnya ayat 1-4.

b. Singkat dan padat

Siapa yang tidak suka terhadap sesuatu yang berisi, singkat dan mantap, maka itu pun ada dalam redaksi al-Qur’an. Salah satu contohnya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 212 sebagai berikut:
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”

Pada ayat ini, Allah menjelaskan perbandingan antara kafir dengan orang yang bertaqwa. Bagi orang-orang kafir, kehidupan dunia menjadi sebuah kenikmatan, kesenangan, dan surge bagi mereka. Karena itu mereka lebih senang mengumpulkan harta, menumpuk harta, walau dengan cara-cara yang tidak halal. Akan tetapi kehidupan indah dunia tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan ketaqwaan orang yang beriman, terlebih lagi di akhirat tidak ada yang bias diandalkan kecuali ketaqwaan yang dibangun selama hidup di dunia. Karena kemuliaan itu dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa.

c. Memuaskan para pemikir dan awam

Sebagai muslim yang ingin menjadi lebih baik, ketika bertemu dengan beberapa ayat al-Qur’an, kemudian ia bisa memahami dengan baik, maka akan muncul sebuah kebahagiaan yang tidak terbatas, walaupun tidak ada materi yang berkecukupan, maka kebahagiaan akan terasa dengan belajar al-Qur’an dan memahaminya. Begitu juga bagi orang-orang yang hebat, pemikir, cendekiawan, maka mereka akan bahagia dengan memahami kandungan al-Qur’an. Karena itu muncul beberapa tafsir, baik yang tergolong klasik atau pun kontemporer. Sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai ketika pemahamannya tentang al-Qur’an bisa disalurkan kepada tulisan.

d. Memuaskan akal dan jiwa

Kalau kita lihat dan telusuri al-Qur’an, maka kita akan menemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan akal, yaitu upaya al-Qur’an merangsang agar akal bisa berfikir tentang hal tersebut. Seperti penciptaan langit dan Bumi dilakukan dengan sempurna (Al-Mulk ayat 3-4), adanya ilustrasi gunung berjalan sebagaimana bergeraknya awan di langit, yang menandakan bahwa bumi bergerak Rotasi (An-Naml ayat 88), Zat besi yang dapat memberikan manfaat (Al-Hadid ayat 25), dan lain sebagainya.

e. Keindahan dan ketetapan makna

al-Qur’an yang terdiri dari 114 surat, didalamnya ada ayat-ayat diulang, namun tidak ada satu ayatpun yang bertentangan, semuanya saling menguatkan satu sama lainnya. Baik secara lafadz maupun esensinya, semua itu tidak ada yang bersilangan. Sebagai contoh terdapat dalam surat Az-Zumar ayat 71 dibandingkan dengan Surat Az-Zumar ayat 73 sebagai berikut:

“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.” (Az-Zumar: 71).

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (Az-Zumar: 73).

Apabila kita perhatikan dengan baik, kita dapat melihat dengan yakin bahwa kedua ayat ini menggunakan kalimat yang sama / serupa (coba dilihat redaksi ayatnya langsung), hanya yang membedakan esensinya itu sehingga yang membedakan adalah penyebutan nama kelompok, tempat kembali, dan sambutan para penjaga keduanya yaitu surga dan neraka.

2. Keseimbangan redaksi

Terdapat beberapa kata dan redaksi yang seimbang, yaitu antara kata yang memiliki arti yang sama, arti yang berlawanan, jumlah yang menujukkan akibatnya, dan lain sebagainya. Sekali lagi bahwa ini adalah salah satu kemu’jizatan al-Qur’an.

a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya. Contohnya antara redaksi yang sama jumlahnya an-naf’u (bermanfaat) dengan al-Madharrah (mudarat) jumlahnya masing-masing 50 kali.
b. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan sinonimnya. Contohnya antara redaksi yang sama jumlahnya al-jahr dan al-‘alaniyah masing-masing jumlahnya 16 kali.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya. Contohnya tentang al-infaq dan ar-Ridho masing-masing 73 kali.
d. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan penyebabnya. Kata-kata Boros (al-Israf) dengan ketergesaan (as-sur’ah) masing-masing 23 kali.

Fikih Amal

Rasulullah Saw menyampaikan bahwa al-Qur’an akan memberikan syafaat bagi para sahabatnya al-qur’an, siapakah sahabatnya itu, yaitu orang yang senantiasa membacanya, mempelajarinya, memahaminya, mengamalkannya, menghafalkannya, dan mengajak orang lain untuk mempelajarinya dan memperbanyak interaksi dengan al-Qur’an yang mulia, karena Rasulullah Saw pun sudah menjanjikan bahwa orang yang membaca al-Qur’an setiap hurufnya akan diganjar 1 kebaikan, dan setiap kebaikan itu dibalas dengan 10x lipatnya, maka beruntunglah orang yang sering membaca al-Qur’an. Dan mudah-mudahan kita menjadi bagian daripada ahi qur’an. Amin ya Allah.

Oleh Ust. Encep Abdul Rojak, S.H.I.,M.Sy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

X